Untuk suamiku yang aku cintai, Terima kasih, Mas… Terima kasih karena kamu selalu hadir untuk aku, di saat aku merasa rapuh, di saat aku merasa takut menghadapi masa lalu yang berat. Terima kasih karena kamu nggak pernah menanyakan siapa aku dulu, karena yang kamu pedulikan adalah siapa aku sekarang dan siapa aku bersamamu. Aku tahu aku punya cerita di masa lalu, tapi kamu menerima semua itu dengan hati yang penuh pengertian, tanpa pernah membuat aku merasa rendah atau kurang. Aku bersyukur hanya denganmu aku belajar tentang cinta dan makna kebersamaan yang sebenarnya—kamu adalah orang pertama dan satu-satunya yang membimbing aku dalam ikatan halal. Kamu nggak hanya menjadi suamiku, tapi juga rumah untuk hatiku, pelindung untuk hidupku, dan sahabat yang aku percaya sepenuhnya. Aku bersyukur Allah menjagakan aku untukmu, setelah semua badai yang pernah aku lalui. Kamu adalah jawaban dari doa-doaku yang paling tulus. Aku ingin selalu ada di sisimu, mendukungmu, mencintaimu, dan berjuang ...
Ada masa dalam hidupku ketika aku berpikir sakit ini adalah akhir dari segalanya. Tapi ternyata, justru disitulah Allah mengajarkanku untuk pulang. Ini bukan hanya cerita tentang tiroid, imunoterapi, atau operasi yang harus kujalani. Ini adalah kisah tentang bagaimana Allah menyembuhkanku perlahan - lewat rasa sakit, air mata, dan cinta dari orang-orang yang tetap bersamaku. Ada masa dalam hidupku ketika segalanya terasa runtuh, tubuhku lemah, pikiranku lelah, dan hatiku patah. 2008 saat itu aku masih muda, sedang menempuh kuliah, punya impian besar dan sedang mencintai seseorang yang kuanggap akan menjadi imamku . Kami sempat merencanakan pernikahan, tapi takdir berkata lain. Segalanya berakhir di saat aku begitu yakin. Aku tahu aku dulu salah. Aku terlalu mencintai manusia hingga lupa bahwa cinta sejati hanya milik Allah. Harusnya aku berhenti ketika tanda-tanda sudah jelas, tapi aku ngeyel aku terlalu cinta, terlalu yakin. Dan ketika hubungan itu berakhir, aku menahannya sendir...