Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Surat untuk Suamiku

Untuk suamiku yang aku cintai, Terima kasih, Mas… Terima kasih karena kamu selalu hadir untuk aku, di saat aku merasa rapuh, di saat aku merasa takut menghadapi masa lalu yang berat. Terima kasih karena kamu nggak pernah menanyakan siapa aku dulu, karena yang kamu pedulikan adalah siapa aku sekarang dan siapa aku bersamamu. Aku tahu aku punya cerita di masa lalu, tapi kamu menerima semua itu dengan hati yang penuh pengertian, tanpa pernah membuat aku merasa rendah atau kurang. Aku bersyukur hanya denganmu aku belajar tentang cinta dan makna kebersamaan yang sebenarnya—kamu adalah orang pertama dan satu-satunya yang membimbing aku dalam ikatan halal. Kamu nggak hanya menjadi suamiku, tapi juga rumah untuk hatiku, pelindung untuk hidupku, dan sahabat yang aku percaya sepenuhnya. Aku bersyukur Allah menjagakan aku untukmu, setelah semua badai yang pernah aku lalui. Kamu adalah jawaban dari doa-doaku yang paling tulus. Aku ingin selalu ada di sisimu, mendukungmu, mencintaimu, dan berjuang ...

Ketika Sakit Menjadi Jalan Pulang

 Ada masa dalam hidupku ketika aku berpikir sakit ini adalah akhir dari segalanya. Tapi ternyata, justru disitulah Allah mengajarkanku untuk pulang. Ini bukan hanya cerita tentang tiroid, imunoterapi, atau operasi yang harus kujalani. Ini adalah kisah tentang bagaimana Allah menyembuhkanku perlahan - lewat rasa sakit, air mata, dan cinta dari orang-orang yang tetap bersamaku. Ada masa dalam hidupku ketika segalanya terasa runtuh, tubuhku lemah, pikiranku lelah, dan hatiku patah. 2008 saat itu aku masih muda, sedang menempuh kuliah, punya impian besar dan sedang mencintai seseorang yang kuanggap akan menjadi imamku . Kami sempat merencanakan pernikahan, tapi takdir berkata lain. Segalanya berakhir di saat aku begitu yakin. Aku tahu aku dulu salah. Aku terlalu mencintai manusia hingga lupa bahwa cinta sejati hanya milik Allah. Harusnya aku berhenti ketika tanda-tanda sudah jelas, tapi aku ngeyel aku terlalu cinta, terlalu yakin. Dan ketika hubungan itu berakhir, aku menahannya sendir...

✉️ Untuk Putriku Tersayang

Nak, Saat kamu membaca surat ini, mungkin kamu sedang belajar tentang cinta. Mungkin kamu sedang menyukai seseorang, atau mungkin kamu sedang bertanya-tanya: "Bagaimana aku tahu kalau dia benar-benar mencintaiku?" Bunda ingin kalian tahu: Cinta itu bukan sekadar kata. Bukan bunga. Bukan janji-janji di bibir. Cinta itu adalah seseorang yang tidak membuatmu mempertanyakan harga dirimu setiap hari. Bunda pernah jatuh cinta. Pada seseorang yang berkata manis, terlihat agamis, dan mengaku mencintai Bunda sepenuh hati. Tapi ternyata… cintanya hanya manis di awal. Ia membuat Bunda merasa ragu, membuat Bunda merasa kecil, dan meninggalkan Bunda dengan luka yang lama sekali sembuhnya.. Ia bersumpah atas nama Allah, tapi itu tidak menghentikannya untuk melukai. Karena, nak, bahkan sumpah bisa ditebus dengan kifarat. Tapi luka di hati seorang perempuan? Tidak ada kifaratnya. Kemudian, Allah kirimkan laki-laki lain dalam hidup Bunda. Saat awal kenal, dia tinggal jauh — Riau dan Kalimanta...