Hari ini kesiangan masuk kantor, gara-gara dah beberapa hari kena insomnia terus fiuhhhhhh… akhirnya bangun telat deh.. nasib anak kosan ngantri pula dikamar mandi akhirna pontang panting dah, yang biasanya jalan kaki akhirnya setengah jalan, liat tukang ojek langsung tarik mang haghaghagh.
Aku si emang dah biasa tidur larut, kebiasaan dari kuliah, biasanya diatas jam 11 baru bisa tidur, tapi katanya itu ndak baik buat kesehatan jadinya dah beberapa bulan ni mencoba tidur lebih awal, tapi entah karena Jakarta lagi panas-panasnya kali ya susahnya mau tidur cepet, gerah banget kalo malam trus kalo pake kipas angin jadinya masuk angin arghhhhh bikin emosi jiwa raga. Sengaja ngga cari kosan yang ber Ac karena aku punya alergi,emang ngga cocok jadi orang kaya hehehehe. Masalah alergi ini pernah buat ak bolak-balik ke RS setiap minggu selama 2 tahun, cukup menghabiskan banyak duit dan waktu. Untungnya dulu masih pake ASKES jadi aku cukup bayar Rp.2500 buat daftar dan Rp.5500 buat terapinya . Owh ya… alergi yang aku punya ini bukan alergi makanan tapi rhinitis alergi yaitu reaksi alergi terhadap bulu, jamur, serbuk sari,dll. Pokoknya waktu dilakuin SPT(Skin Prick Test) yaitu pemeriksaan buat tau seseorang itu mengidap alergi atau engga, aku ada 9 zat yang positif alergi.
Setelah di periksa SPT itulah aku sering bolak-balik RS, sebenarnya dari kecil aku udah sakit-sakitan, hmm bukan dari kecil tapi dari lahir, aku lahir premature dan dirawat di RS Hasan Sadikin selama 3 bulan karena keracunan air ketuban, dari SD hingga SMA aku sering ngga masuk sekolah, karena kalau ngga demam, maag ku kumat, ya aku punya maag juga karena pola makan yang jelek, dulu aku ngga terlalu suka makan nasi, dan aku sangat suka sekali dengan makanan pedas alhasil maag ku kronis. Meskipun aku sering sakit tapi ngga sampe yang dirawat makanya aku berobat ke dokter umum saja, pernah waktu SMP aku sakit berat, dan periksa ke spesialis dalam, katanya pembengkakan jantung dan kemungkinan ada gangguan dengan hormonku, aku harus periksa lab yang waktu itu harganya sangat mahal jadi aku hanya berobat untuk jantungku saja, aku ingat dokternya waktu itu bilang nanti kalau aku sekolah ngga boleh yang terlalu capek, maksudnya ngga boleh terlalu banyak aktifitas karena waktu itu juga setiap pulang sekolah pasti aku harus berbaring dulu sebelum mengganti seragam dan melepas sepatu, karena badanku rasanya lemas sekali dan bajuku pasti basah karena keringat dingin.
Lepas SMP aku masuk SMA dan menjalani aktifitas seperti anak-anak lainnya, karena waktu SMP aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, maka waktu SMA aku banyak ikut kegiatan di sekolah, aku aktif di beberapa ekstrakulikuler meski tetap sering bolos sekolah juga, yups kalo dulu bolos karena sakit sekarang nambah bolos karena ikut eskul, jadinya makin sering ngga masuk kelas deh. Guru-guruku di SMA udah mafhum dengan keaadaanku, jadi aku ngga pernah dipersulit untuk tugas atau ujian susulan, yang membuat aku selalu bertahan adalah perhatian dari keluargaku, karena aku ngga pernah merasa sendiri, aku juga tidak pernah merasa kalo aku sakit, karena mereka memperlakukan aku seperti anak normal. Hmmm ngga deh.. malah lebih sering dikasih perhatian lebih. kalo aku sakit maka mama, bapak, dan adek akan ikut menemani aku ke dokter, malah jadi kayak mau piknik hehehe.
Aku pernah pingsan sekali waktu Ospek pas kuliah , gara-gara ngga kuat disuruh lari. Tapi dari situ udah jarang sakit, sampe pas tingkat dua aku kena radang tenggorokan selama 6 bulan ngga sembuh-sembuh
Akhirnya aku periksa ke bagian THT RSHS, katanya faringitis akut kronis,, humpphhh dikasih anti biotik yang dosisnya lumayan gede, soalnya aku dah resistant beberapa anti biotic, mungkin karena keseringan minum jadi badannya dah kebal. Dari mulai sering ke RSHS itu, jadi ketauan semua sakit-sakitnya, karena abis sembuh radang tenggorokan disuruh check yang lainnya, pelayanan RSHS emang bagus palagi di bagian THTnya selama 2 bulan aku konsul, dan akhirnya periksa alergi pake spt, mungkin karena udah lama ngga diobatin akhirnya konka aku bengkak jadi sulit banget buat bernafas, kayak orang sakit flu, jadi diputusin harus di operasi, buat ngecilin si conca tadi, yang buat sakit pas harus di nasal alias dokter ngecek keaadaan konkanya, jadi kamera gitu dimasukin kehidung, kameranya kayak sumpit bentuknya ada yang 3 ml, sampe 7 ml, dan sumpah rasanya sakit… kalo pas nasal sampe suka ngga sadar keluar tu air mata, padahal dah dibius dulu. Habis operasi, dokter nyuruh aku buat Imunotherapy buat badan aku kebal sama zat alergennya, kalo ngga gitu masa harus operasi tiap 6 bulan.
Akhirnya maulah aku di immunotherapy, cara Imunotherapy itu disuntikan zat allergen ke tubuh kita, dan minimalnya 72 kali suntikan, untuk pertama 1 x suntikan setiap minggu. Jadilah aku ekstensi ke RS setiap seminggu sekali yang walhasil aku bolos kuliah setiap hari kamis, karena jadwal imuntorepay di RS Cuma ada di hari senin dan kamis.
Selama immunotherapy itu aku jadi banyak nambah temen, karena seringnya ke RS sampe dokter dan perawatnya dah pada kenal, tapi ada satu dokter yang care banget namanya dokter Sally, orang cantik dan baik hati :D
Aku suka sharing ilmu sama dia, karena dia juga tertarik di bidang IT. Pas immunotherapy ngga segampang yang aku pikir pernah aku kena varisella alias cacar air, gara-gara itu aku stop dulu terapy, malah diulang lagi dari awal dan ganti konsul ke poli kulit, jadilah selama itu aku malang melintang di RS waktuku lebih banyak di RS daripada belajar di kampus, dan aku juga adalah pasien yang aktif, sebelum ditanya dokter aku yang banyak bertanya hihihi karena sebenarnya aku lebih tertarik di bidang kesehatan, jadi wajarlah aku lebih cepat hapal istilah medis.
8 bulan sudah aku terapy masih belum membaik juga, malah makin parah karena aku merasa jantungku berdegup dengan kencang, terus badanku selalu basah karena keringat dingin. Akhirnya aku konsul pada dr.Sally dan dia mendiagnosis kalau aku sakit struma nodosa alias ada kelainan dengan kelenjar tiroid ku, aku disuruh periksa ke kedokteran nuklir, setelah dilakukan sidik tiroid dan di cek darah (salah satu manfaat dari teknologi nuklir dibidang kesehatan adalah mendeteksi kelainan pada penyakit tiroid) hasilnya adalah aku menderita struma diffusa toxic alias pembesaran kelenjar tiroid dengan kelebihan hormon tiroid, menambah daftar panjang kunjunganku di RS itu, karena jadwal yang berbeda dan poli klinik yang berbeda pula membuat aku makin sering ngga masuk kuliah, bolak balik ke Poli THT, dan poli Endokrin, terkadang nyasar ke Poli Dalam, sempat pula ke RS mata Cicendo hemm cerita itu disambung lain kali. Hah itulah nasib, biayanya jangan ditanya, sekali cek ke nuklir minimal butuh Rp.150.000 itupun karena potong askes, belum buat dokter,obat (abis gede disini padahal sebagian obat-obatanya juga udah ditanggung askes) , periksa Echodiagraphy, EKG, periksa lain”nya, ongkos, dll. Entah sudah habis berapa ratus juta buat berobat aku saja, maafin teteh ya adek”ku karena aku kalian menderita. (Bersambung)