19 Sep 2011

Tentang Mas


Mas Joko Suprianto, seseorang yang tanpa kuduga masuk mewarnai kehidupanku, seseorang yang kalem, sederhana dan berpikiran dewasa, seseorang yang membuatku kagum saat pertama melihatnya, yang membuatku penasaran dengan sikap diamnya.  tapi ngga suka dengan sikap usilnya yang kadang bikin Bete, soalnya kalo udah jail tu gak ketulungan, Sikapnya bisa membuat aku tertawa, marah, sedih dan bahagia dalam satu waktu, bisa meredakan emosiku yang meledak-ledak, bisa sabar menghadapi aku yang moody, sabar dalam menghadapi kemarahanku tapi akhirnya suka ngga jelas siapa yang marah karena ending-endingnya aku yang balik di ceramahin, jadi suka bingung sebenarnya siapa si yang marah. Sama sama keras kepala mungkin karena kita anak sulung, jadi kalo berantem suka gak ada yang mau ngalah, tapi akhirnya dua2nya sadar sendiri dan baikan lagi.
Mas adalah seseorang yang bisa menjadi kakak yang melindungi, teman untuk berbagi, dan ayah yang membimbing anaknya, dan yang paling buat aku yakin adalah keberaniannya untuk menikahiku,,,


First Time when I Saw U’re Face..

Aku kenal mas dari seorang ‘teman’ yang
secara tidak sengaja
mengenalkanku padanya, pertama ketemu tepat di
hari ulang tahunku. Saat itu kami cuma ngobrol-ngobrol biasa saja, terutama sharing tentang  kuliahnya dulu,  karena aku
lagi butuh info buat adek yang mau kuliah ngambil jurusan Geology juga, owh iya… kami juga ngomongin tentang kepulauan Derawan… karena
aku pengen banget kesana  tapi gak
kesampaian. Saat itu cuma sejam kita ketemu,
soalnya besok mas harus balik lagi ke Berau..
jadi nothing special di pertemuan pertama…
Antara Berau, Jakarta, Riau, dan Bandung
Hubungan Kita ngalir gitu aja.. tanpa direncanakan
sebelumnya, sering
tukar pikiran,dan  sering aku usilin (soalnya
aku bosan main terus sama computer)
kayaknya mas juga bosan main terus di hutan
hahhahaha  jadi ceritanya sama-sama bosan.. tapi pertama aku sebel banget sama
dia.. kalo lagi chatt suka ditinggalin
tiba-tiba… lagi asyik2nya cerita, eh maburr entah
kemana.. Dari situ aku mulai kenal mas, ternyata kita
punya visi dan misi yang sama, serasa bertemu teman lama,
klop aja rasanya.. LDR pasti gak bisa
terelakan, karena aku kerja di Jakarta, dan Mas
di Berau, awal-awal memang sulit, tapi Alhamdulillah semuanya bisa teratasi,
gak ada deklarasi jadian diantara
kita, semuanya bermula dari sebuah email,

Pertemuan kedua kalinya terjadi waktu dia
cuti mau balik ke Riau, karena pesawatnya
transit di Jakarta, Jadi kita ketemu di Bandara, disitu pun ngga terlalu banyak yang
kita omongin, mungkin karena
sama-sama malu juga *bertemu kedua kali
setelah ada sesuatu. Diawal kedektan kami,
mas masih cuek, kadang aku pikir dia suka ga
sih sama aku, atau emang karakter mas yang seperti itu. selama mas cuti komunikasi kita lebih baik, mulai ngebahas visi
misi hidup kita kedepan, walaupun tidak sepenuhnya sama tapi
ternyata ada benang merah diantara kita. Saat
cuti yang itulah memperat hubungan kami, disaat mas mau balik ke Berau, nyaris aku ngga bisa ketemu dia pas di Jakarta, karena mama sakit jadi aku
harus balik ke Bandung. Agak berat juga ngga ketemu mas, soalnya aku
harus nunggu 8
minggu lagi kalo mau bisa ketemu dia,
sebetulnya aku ada jadwal interview di
Balikpapan kalo tanggalnya barengan pas mas
pulang ke Berau mungkin kita bisa satu pesawat, tapi aku belum dapat konfirmasi
lagi jadi enggaknya, akhirnya aku
telpon mas yang waktu itu posisinya udah di
Bandara, aku bilang mama dirawat
dan aku harus balik ke Bandung, akhirnya mas
yang ikut ngantar, mungkin saat itu saat yang paling menentukan dalam
kelanjutan hubungan kami, ujian juga buat
mas karena pertama kali  aku kenalin ke
keluarga besar disaat pertama kali kita ketemu
setelah menjalin komitmen, dan  sikap mas saat
itu membuat aku semakin yakin dia adalah calon ayah untuk anak-anakku,
calon teman seperjalananku dalam
menapaki jalan hidup yang telah digariskanNya.
Kembali menjalani LDR namun dengan
keyakinan yang semakin
kuat, perasaan semakin sayang dan tak mau
membuang waktu terlalu banyak. Menunggu
mas pulang  bukan waktu yang mudah, kita
sering berantem, susah komunikasi karena kita sibuk dengan kerjaan
masing-masing juga karena perbedaan waktu
antara Jakarta dan Berau yang membuat
waktu 8 minggu itu terasa begitu lama, tapi
setelah waktu itu terlewati terasa
begitu menyenangkan apalagi ketika saat meminta restu pada ke dua orang tua kami
dimudahkan dan dilancarkan, semoga
kemudahan itu sampai di hari pernikahan
kami dan seterusnya dalam menjalani kehidupan bersama.
Mungkin kita memang belum terlalu lama kenal, ketemu pun jarang, namun jika itu sudah kehendakNya, apapun bisa terjadi. mudah-mudahan dengan
waktu yang telah kita lewati itu tidak
dilihat dari segi kuantitas namun dari kualitas
pertemuan kita, dan semoga cinta kita semakin bersemi dan memancarkan
indahnya sampai ajal menjelang. Aminnn